Jiromedia.com -Organisasi Anti Senjata Kimia (bahasa Inggris: Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons, OPCW), Rabu (16/05), mengatakan bahwa amunisi mengandung gas klorin yang terlarang digunakan di provinsi Idlib pada Februari lalu. Hal itu berdasarkan bukti-bukti di lokasi yang telah dites di laboratorium.
OPCW tidak menjelaskan pihak yang menggunakan senjata kimia di kota Saraqib itu. Kota Saraqib merupakan kota di provinsi Idlib yang dikontrol oleh oposisi.
Akan tetapi, OPCW mengatakan bahwa berdasarkan keterangan saksi mata, amunisi itu jatuh di dalam bom-bom birmil yang dijatuhkan helikopter militer. Jamak diketahui, militer Suriah satu-satunya kekuatan bersenjata di Suriah yang menggunakan helikopter dan birmil dalam operasi.
Laporan itu menjelaskan bahwa tim pencari fakta OPCW menyimpulkan bahwa gas klorin tersebut dipancarkan dari silinder dengan gerakan mekanis di lingkungan Tallil di Saraqib.
Laporan itu juga mengatakan bahwa sekitar 11 orang dirawat setelah serangan yang terjadi pada tanggal empat Februari itu. Para korban mengalami tanda-tanda menghirup gas, seperti sesak nafas, muntah-muntah dan pingsan.
Hamish de Bretton-Gordon, anggota tim OPCW yang diturunkan ke Suriah, mengatakan bahwa pemeriksaan sampel yang diambil dari tanah, silinder dan lokasi kejadian terbukti mengandung bahan kimia lainnya yang melihatkan tanda-tanda pelakunya rezim Suriah.
Dia menambahkan bahwa hasil pemeriksaan sampel juga terbukti mengandung prekursor yang dapat mematikan syaraf para korbannya. “Zat kimia seperti ini persis terdeteksi dalam serangan sebelumnya gas sarin sebelumnya di Khan Sheikhun dan di Ghouta timur dan tanpa keraguan,” ujarnya.
Laporan khusus mengani serangan di Saraqib didasarkan adanya dua tabung besar yang menunjukkan keduanya mengandung gas sarin, saksi mata dan sampel-sampel yang diambil dari sekitar lokasi.[kiblat]
OPCW tidak menjelaskan pihak yang menggunakan senjata kimia di kota Saraqib itu. Kota Saraqib merupakan kota di provinsi Idlib yang dikontrol oleh oposisi.
Akan tetapi, OPCW mengatakan bahwa berdasarkan keterangan saksi mata, amunisi itu jatuh di dalam bom-bom birmil yang dijatuhkan helikopter militer. Jamak diketahui, militer Suriah satu-satunya kekuatan bersenjata di Suriah yang menggunakan helikopter dan birmil dalam operasi.
Laporan itu menjelaskan bahwa tim pencari fakta OPCW menyimpulkan bahwa gas klorin tersebut dipancarkan dari silinder dengan gerakan mekanis di lingkungan Tallil di Saraqib.
Laporan itu juga mengatakan bahwa sekitar 11 orang dirawat setelah serangan yang terjadi pada tanggal empat Februari itu. Para korban mengalami tanda-tanda menghirup gas, seperti sesak nafas, muntah-muntah dan pingsan.
Hamish de Bretton-Gordon, anggota tim OPCW yang diturunkan ke Suriah, mengatakan bahwa pemeriksaan sampel yang diambil dari tanah, silinder dan lokasi kejadian terbukti mengandung bahan kimia lainnya yang melihatkan tanda-tanda pelakunya rezim Suriah.
Dia menambahkan bahwa hasil pemeriksaan sampel juga terbukti mengandung prekursor yang dapat mematikan syaraf para korbannya. “Zat kimia seperti ini persis terdeteksi dalam serangan sebelumnya gas sarin sebelumnya di Khan Sheikhun dan di Ghouta timur dan tanpa keraguan,” ujarnya.
Laporan khusus mengani serangan di Saraqib didasarkan adanya dua tabung besar yang menunjukkan keduanya mengandung gas sarin, saksi mata dan sampel-sampel yang diambil dari sekitar lokasi.[kiblat]