Kisah Isra Mi'raj: Peristiwa Dahsyat Yang Melahirkan Teori Relativitas

Sebagai umat Islam sudah seharusnya kita mempercayai Kisah Isra Mi'raj yang dilakukan oleh Muhammad SAW 15 abad silam lalu. Pembahasan kali ini yang akan diterangkan adalah mengenai Kisah Isra Mi'raj ditinjau dari sudut ilmiah. Sebelum kita melangkah untuk menuju ke poin-poin yang penting, Hendaknya kita ketahui dulu arti Isra’ Mi’raj?

Kisah Isra Mi'raj Peristiwa Dahsyat Yang Melahirkan Teori Relativitas


Pengertian Isra Mi'raj

Secara etimologi, Isra berasal dari kata ‘sara’ yang berarti perjalanan di malam hari. Adapun secara terminologi, Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama malaikat Jibril dari Makkah menuju Baitul Maqdis (Palestina), firman Allah SWT:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha (Al Isra’:1)

Sedangkan Mi'raj dalam bahasa arab artinya semacam alat yang dipakai untuk naik. Secara istilah, Mi'raj berarti tangga khusus yang digunakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk naik dari bumi menuju ke sidratul muntaha.

Isra Mi'raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer.

Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi’raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi’raj.

Kisah Isra Mi'raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad “diberangkatkan” dari Masjidil Haram menuju ke Masjidil Aqsa. Sedangkan dalam Mi'raj Nabi Muhammad dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi di semua alam. Di tempat tersebut Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan shalat lima waktu.

Bagi umat Islam, kisah isra mi'raj ini merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah shalat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti Nabi Muhammad.

Kapan terjadi Isra` dan Mi’raj?

Sebagian kaum muslimin meyakini bahwa Kisah Isra Mi'raj ini terjadi pada tanggal 27 Rajab. Namun, para ulama dan ahli sejarah berbeda pendapat tentang tanggal kejadian kisah ini. Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai penetapan waktu terjadinya Isra’ Mi’raj.

  • Imam Ath Thabari berpendapat bahwa kisah Isra Mi'raj terjadi pada tahun tatkala Allah memuliakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan nubuwah (kenabian).
  • Imam An Nawawi dan Al Qurthubi mengatakan Kisah Isra Mi'raj terjadi lima tahun setelah diutus sebagai rasul.
  • Al Manshurfuri berpendapat, Peristiwa Isra Mi'raj tersebut terjadi pada malam tanggal dua puluh tujuh Bulan Rajab tahun kesepuluh kenabian.
  • Ada yang berpendapat, Isra Mi'raj terjadi enam bulan sebelum hijrah, atau pada bulan Muharram tahun ketiga belas setelah kenabian.
  • Ada yang berpendapat, Isra Mi'raj tersebut terjadi setahun dua bulan sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun ketiga belas setelah kenabian.
  • Ada yang berpendapat, Isra Mi'raj tersebut terjadi setahun sebelum hijrah, atau pada bulan Rabi'ul Awal tahun ketiga belas setelah kenabian.


Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri mengatakan:

Tiga pendapat pertama tentang kapan terjadinya Isra Mi'raj diatas tertolak. Alasannya karena Khadijah radhiyallahu ‘anha meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh setelah kenabian, sementara ketika beliau meninggal belum ada kewajiban shalat lima waktu. Juga tidak ada perbedaan pendapat bahwa diwajibkannya shalat lima waktu adalah pada saat peristiwa Isra Mi’raj. Sedangkan tiga pendapat lainnya, aku tidak mengetahui mana yang lebih rajih. Namun jika dilihat dari kandungan surat Al Isra menunjukkan bahwa peristiwa Isra Mi'raj terjadi pada masa-masa akhir sebelum hijrah.

Kisah Peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW

Suatu malam Nabi Muhammad SAW sedang berada di Hijr Ismail samping Ka'bah al Musyarrafah, ketika itu beliau berbaring diantara paman beliau, Sayyidina Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Ja'far bin Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau kemudian membawa beliau menuju ke sumur zamzam yang ada di masjidil haram, sesampainya di dekat sumur, Para malaikat merebahkan tubuh Nabi untuk dibelah dadanya dan disucikan menggunakan air zamzam.

Perlu kita ketahui bahwa penyucian ini bukan berarti bahwa hati Nabi kotor, Tidak, justru Nabi Muhammad diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulia, hal ini dilakukan tidak lain adalah untuk menambah kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas kesucian, cahaya diatas cahaya, karena beliau akan melaksanakan suatu perjalanan dan peristiwa maha dahsyat, yaitu berjumpa langusng dengan Allah SWT.

Malaikat Jibril mengeluarkan hati beliau lalu membasuhnya tiga kali, Setelah itu didatangkan untuk Baginda Nabi seekor binatang Buraq lengkap dengan pelana dan kendalinya, Buraq berwarna putih, besarnya melebihi himar namun lebih rendah dari baghal, Ketika hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, kemudian Jibril meletakkan tangannya pada wajah binatang tersebut sambil berkata:

“Wahai buraq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulia daripada beliau (Nabi Muhammad)”

Mendengar teguran Jibril tersebut, buraq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya gemetar dan berkeringat, setelah tenang, Nabi naik keatas punggungnya.

Dalam peristiwa Isra Mi'raj ini, Jibril menemani Nabi dan berada disebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Sa'ad, Jibril memegang sanggur di pelana buraq, sedang Mikail memegang tali kendali.

Di tengah perjalanan Isra, mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma, kemudian malaikat Jibril berkata: “Silahkan turun disini dan sholatlah”, setelah Beliau melakukan sholat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana Anda sholat sekarang ini?”, “Tidak”, jawab beliau, Jibril berkata: “Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah) dan di tempat ini anda akan berhijrah”.

Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan Isra, secepat kilat buraq melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya, Namun tiba-tiba Jibril berkata: “berhentilah disini dan turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!”, setelah Nabi melakukan sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa nabi telah sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dulunya Nabi Musa pernah bernaung dibawahnya dan beristirahat ketika dikejar-kejar tentara Firaun.

Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad singgah di Thur Sina, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa ingin berbicara dengan Allah SWT, beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: “Anda telah sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam”. Di Baitul-Lahmi inipun Beliau turun dan melakukan solat, kemudian perjalan diteruskan dan tidak lama sampailah ke Baitul Maqdis. Di Baitul Maqdis ternyata telah berkumpul para Nabi terdahulu, menantikan kedatangan Beliau. Di Baitul Maqdis bersolat berjama’ah dengan para Nabi terdahulu sebagai Imam solat.

Seterusnya dalam perjalanan, Beliau menyaksikan dengan sekelompok manusia yang bercocok tanam dan seketika dapat di tuai (dipetik) hasilnya. Nabi pun merasa heran lalu bertanya kepada Jibril? Jibril menjawab: Mereka adalah ibarat umat tuan yang suka menginfaqkan harta bendanya untuk menegakkan kalimah Allah, mensyi’arkan keagungan Allah dan beramal solih.

Kemudian dalam perjalanan seterusnya Beliau mencium bau yang sangat menyusuk hidung, Beliau bertanya pada Jibril?

Jibril menjawab: Ini adalah bau Masyithah (Tukang gunting di istana Fir’aun) sekeluarga yang merelakan diri mereka di ceburkan ke dalam belanga yang berisi timah mendidih oleh Fir’aun lantaran keteguhan Iman mereka kepada Allah dan tidak mengakui Fir’aun sebagai Tuhan.

Selanjutnya dalam perjalanan itu Beliau melihat segulongan manusia yang memukul-mukul kepalanya sendiri sehingga hancur luluh, akan tetapi sekejap kemudian kepalanya utuh kembali, lalu dihancurkan semula, demikianlah seterusnya. Nabi Muhammad lalu bertanya kepada Jibril?.. Jibril menjawab: Mereka adalah perumpamaan segulongan umat tuan yang suka melengah-lengah (mengulur-ulur) waktu sholat, sampai akhirnya habis waktu yang di tentukan.

Selanjutnya dalam perjalanan Beliau melihat orang-orang yang memakan kayu berduri serta batu panas yang membara dari neraka Jahannam. Lalu Beliaupun bertanya Jibril?..Jibril menjawab: Mereka adalah perumpamaan orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakatnya. Jelas mereka termasuk orang yang menganiaya diri sendiri.

Selanjutnya dalam perjalanan Nabi Muhammad melihat segolongan manusia yang masing-masingnya menghadapi dua buah mangkok, mangkok yang satu berisi daging yang sudah dimasak dan yang satunya lagi berisi daging mentah. Akan tetapi anehnya mereka lebih suka memakan daging yang mentah. Bertanya Nabi Muhammad kepada Jibril?..Jibril menjawab: Mereka adalah gambaran diantara umat yang senang berbuat zina. Mereka sebenarnya telah mempunyai isteri yang sah, akan tetapi mereka senang melepaskan nafsu syahwatnya dengan perempuan lain yani berzina. Demikianlah pula yang perempuan melacurkan dirinya.

Selanjutnya dalam perjalanan Nabi menyaksikan pula ada kayu yang berduri melintang di tengah jalan. Sesiapa yang melaluinya pasti akan ditarik dan dikaitnya sehingga pakaian akan koyak. Nabi Muhammad bertanya kepada Jibril? Dijawab oleh Jibril: Itulah suatu perumpamaan dari golongan umat yang suka membuat kekacauan dan suka duduk-duduk ditepi jalan, sehingga menggangu orang-orang yang melewati jalan itu.

Selanjutnya Nabi Muhammad menyaksikan orang-orang yang berenang dalam sungai darah, lalu mereka di lempari dengan batu, akan tetapi kemudian batu-batu itu mereka makan. Nabi Muhammad bertanya kepada Jibril? Dijawab oleh Jibril: Mereka perumpamaan segolongan manusia yang suka memakan riba dan duit haram.

Tidak lama kemudian Nabi Muhammad menyaksikan seorang lelaki yang memikul beban (kayu), tetapi tidak kuat berjalan, anehnya beban itu semakin bertambah dan begitulah seterusnya sehingga orang itu kepayahan dan terseksa. Nabi Muhammad bertanya kepada Jibril?..Jawab Jibril: Dialah gambaran orang yang suka menerima amanat orang lain tetapi tidak mau menunaikan (menyampaikannya) kepada yang berhak.

Selanjutnya dalam perjalanan itu Nabi menyaksikan orang-orang yang memotong lidah dan bibirnya dengan gunting besi, seketika itu utuh kembali, namun segera pula di gunting lagi, begitulah seterusnya, sehingga mereka merasa penderitaan yang amat berat. Nabi Muhammad bertanya kepada Jibril?

Jibril menjawab: Mereka adalah perumpamaan dari golongan manusia yang suka memberi nasihat kepada orang lain untuk membuat baik, tetapi ia sendiri tidak pernah melakukan kebaikan seperti yang di nasihatkan kepada orang lain.

Selanjutnya Nabi Muhammad menyaksikan manusia yang tengah mencakar-cakar wajahnya dan dadanya dengan kukunya sendiri yang telah berubah menjadi kuku tembaga. Nabi Muhammad bertanya kepada Jibril? Jawab Jibril: Mereka adalah perumpamaan orang-orang yang suka menceritakan keaibpan (keburukan), rahsia, kecacatan dan kejelekan orang lain, dengan membesar-besarkannya kepada orang lain.

Selanjutnya Nabi Muhammad menyaksikan sekelompok manusia yang mempunyai bibir seperti unta, lalu disuapkan bara kedalam mulutnya. Ini adalah contoh bagi mereka yang memakan harta anak yatim dengan jalan salah.

Selanjutnya Nabi Muhammad menyaksikan saekor lembu besar keluar dari lubang yang sangat sempit lalu ia berusaha untuk memasukinya kembali tetapi tidak berjaya. Itu adalah contoh bagi mereka yang bercakap besar dan dusta, lalu ia ingin menarik kembali percakapannya itu tetapi tidak berpeluang lagi.

Menyaksikan sekelompok wanita yang di gantung buah dadanya sambil mereka menjerit-jerit meminta pertolongan. Ini adalah gambaran wanita yang menyusukan anak mereka hasil dari berzina dengan lelaki yang bukan suaminya.

Menyaksikan sekelompok wanita yang di gantung rambutnya diatas api neraka sehingga mendidih otak di kepalanya. Ini adalah gambaran balasan kerana mereka tidak mahu menutup aurat di kepala dari di pandang lelaki yang bukan mahramnya.

Menyaksikan sekelompok wanita yang digantung lidahnya diatas api neraka lalu dituangkan air panas ke dalam mulutnya. Ini adalah gambaran balasan kerana mereka selalu menyakiti hati suaminya dan bercakap dengan suara yang kasar serta tinggi.

Itulah sebagian riwayat-riwayat yang sering kita jumpai dalam kitab-kitab kisah Isra’ Mi’raj, Walaupun bersumber dari keterangan yang lemah, namun yang jelas isinya sarat akan hikmah dan peringatan agar kita selalu berhati-hati di dalam kehidupan dunia ini.

KISAH MI'RAJ: PERJALANAN NABI DARI MASJIDIL AQSHA KE SIDRATIL MUNTAHA

Selanjutnya Malaikat Jibril menyediakan tangga Mi'raj yang diambil dari syurga. tangga Mi’raj itu di perbuat dari emas dan perak berlapis mutiara. Melalui tangga inilah dengan berkendaraan Buraq Nabi SAW, bersama Malaikat Jibril lalu naik ke langit pertama yaitu langit dunia.

Ketika Jibril meminta agar dibukakan pintu, kedengaran suara bertanya: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril menjawab: Nabi Muhammad. Jibril ditanya lagi: Adakah Nabi Muhammad telah diutuskan? Jibril menjawab: Ya, Beliau telah diutuskan. Kemudian pintu langit pun dibuka, Nabi Muhammad bersama Jibril segera masuk ke langit pertama.

DI LANGIT PERTAMA

Disini Nabi Muhammad bertemu dengan Abul-Basyar (ayahnya ummat manusia), yaitu Nabi Adam.

فَلَمَّا فَتَحَ عَلَوْنَا السَّمَاءَ الدُّنْيَا فَإِذَا رَجُلٌ قَاعِدٌ عَلَى يَمِينِهِ أَسْوِدَةٌ وَعَلَى يَسَارِهِ أَسْوِدَةٌ إِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَمِينِهِ ضَحِكَ وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَسَارِهِ بَكَى فَقَالَ مَرْحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالِابْنِ الصَّالِحِ قُلْتُ لِجِبْرِيلَ مَنْ هَذَا قَال هَذَا آدَمُ وَهَذِهِ الْأَسْوِدَةُ عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ نَسَمُ بَنِيهِ فَأَهْلُ الْيَمِينِ مِنْهُمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ وَالْأَسْوِدَةُ الَّتِي عَنْ شِمَالِهِ أَهْلُ النَّارِ فَإِذَا نَظَرَ عَنْ يَمِينِهِ ضَحِكَ وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ شِمَالِهِ بَكَى

Ketika dibuka, kamipun naik ke langit dunia. Ternyata di sana terdapat seorang laki-laki sedang duduk, di sebelah kiri dan kanannya ada kelompok orang dalam jumlah yang besar. Apabila dia melihat ke arah kanannya, maka ia tertawa; dan apabila melihat ke arah kirinya, dia menangis. Laki-laki itu berkata: ”Selamat datang hai Nabi yang sholeh dan anak yang sholeh.” Aku bertanya kepada Jibril: ”Siapakah ini?” Jibril berkata: ”Ini ialah Adam. Sedangkan kelompok yang ada di sebelah kanan dan kirinya ialah ruh anak keturunannnya. Kelompok yang ada di sebelah kanan ialah penghuni surga, sedangkan kelompok yang ada di sebelah kirinya ialah penghuni neraka. Apabila ia melihat ke arah kanannya ia tertawa, dan apabila melihat ke arah kirinya ia menangis.” (HR Bukhari 2/80)

Saat itu Nabi shollallahu ’alaih wa sallam disambut oleh Nabi Adam ’alahis salam dengan ucapan: ”Selamat datang hai Nabi yang sholeh dan anak yang sholeh.” Tampak sekali betapa gembira dan bangganya Nabi Adam ’alahis salam melihat keturunannya itu yang ditunjuk Allah ta’aala sebagai Penghulu para Nabi dan Rasul, yaitu Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.

Saat itu Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam melihat Nabi Adam ’alahis salam sambil duduk tertawa saat memandang ke sekumpulan orang di arah sebelah kanannya, lalu menangis saat memandang ke sekumpulan orang di arah sebelah kirinya. Maka ketika Nabi shollallahu ’alaih wa sallam meminta klarifikasi Malaikat Jibril ’alahis salam mengenai kejadian aneh tersebut, maka beliau mengatakan bahwa saat memandang ke kanan Nabi Adam ’alahis salam tertawa sebab gembira melihat anak keturunannya yang berada di surga. Sedangkan saat beliau memandang ke kiri menangis sebab sedih melihat anak keturunannya yang masuk neraka.

Menurut penulis kitab Fathul Baari, yaitu Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah bahwa boleh jadi yang diperlihatkan kepada Nabi Adam ’alahis salam ialah kumpulan ruh anak keturunannya sebelum ditiupkan ke dalam jasadnya masing-masing namun sudah ditetapkan terlebih dahulu oleh Allah ta’aala bakal menjadi penghuni surga atau penghuni neraka. Itulah yang disaksikan oleh Nabi Adam ’alahis salam sehingga ia tertawa dan menangis. Persisnya inilah yang ditulis oleh Imam Ibnu hajar Al-Asqalani rahimahullah: ”Ada pula kemungkinan bahwa ruh yang ditampakkan ialah ruh yang belum masuk ke dalam jasad, di mana ruh-ruh tersebut telah diciptakan sebelum adanya jasad dan tempatnya berada di arah kanan dan kiri Adam ’alahis salam. Lalu Adam ’alahis salam mengetahui akhir perjalanan ruh-ruh itu. Oleh karena itu beliau merasa gembira bila melihat ke arah kanan dan bersedih jika melihat ke arah kiri. Dengan demikian yang dimaksud bukanlah ruh yang ada dalam jasad atau ruh yang telah berpisah dengan raga dan kembali ke tempatnya, baik di surga ataupun neraka.”

Hadist di atas selaras dengan hadits lainnya di mana Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menerangkan bahwa saat Allah ta’aala tetapkan taqdir pada janin dalam rahim ibunya maka salah satu perkara yang Allah ta’aala tetapkan berkenaan dengan apakah ujung akhir perjalanan calon anak manusia tersebut sengsara (masuk neraka) ataukah bahagia (masuk surga).

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ إِلَيْهِ مَلَكًا بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ فَيُكْتَبُ عَمَلُهُ وَأَجَلُهُ وَرِزْقُهُ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ الرُّوحُ فَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُ النَّارَ

Dari Abdullah radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menceritakan kepada kami: Sesungguhnya salah seorang di antara kamu dikumpulkan pada perut ibunya selama 40 hari, kemudian ia menjadi segumpal darah sama seperti itu (selama 40 hari), kemudian ia menjadi segumpal daging sama seperti itu (selama 40 hari), kemudian Allah ta’aala mengutus malaikat kepadanya dengan membawa empat kalimat: ditulis amalnya, ajalnya, rezekinya, apakah ia sengsara atau bahagia. Kemudian dihembuskan kepadanya ruh. Maka sesungguhnya seseorang melakukan amalan penghuni neraka hingga tak ada antara dirinya dan neraka kecuali satu hasta namun tulisan telah mendahuluinya, maka ia melakukan amalan penghuni surga lalu masuk surga. Dan sesungguhnya seseorang melakukan amalan penghuni surga hingga tak ada antara dirinya dan surga kecuali satu hasta namun tulisan telah mendahuluinya, maka ia melakukan amalan penghuni neraka lalu masuk neraka. (HR Bukhari 11/113)

Pertemuan Nabi Muhammad dengan Nabi Adam, di langit pertama ini sebenarnya merupakan suatu i’tibar, apabila kita berniat akan memulakan pekerjaan atau perjalanan, hendaklah terlebih dahulu kita datang kepada orang tua, yakni ayah dan ibu untuk memohon do’a restu keduanya agar pekerjaan dan perjalanan kita berbuah kesuksesan serta mendapat keselamatan. Kemudian perjalanan di teruskan, naiklah Nabi Muhammad bersama Jibril ke langit kedua.

DI LANGIT KEDUA

Dengan iringan penghormatan serta sambutan yang baik dari penjaga langit kedua, masuklah Nabi Muhammad, bersama Jibril. Di langit yang kedua Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi ‘Isa dan Nabi Yahya. Kedua orang Nabi ini kemudian memberikan do’a restunya untuk keselamatan Nabi Muhammad. Kemudian naiklah Nabi Muhammad bersama Jibril ke langit yang ke tiga.

DI LANGIT KETIGA
Sebagaimana di langit pertama dan kedua, begitu juga sampai didepan langit ketiga. Setelah selesai terjawab semua pertanyaan, di bukalah pintunya di sertai penghormatan oleh penjaga langit itu kepada Nabi Muhammad. Di langit yang ketiga, Nabi Muhammadbertemu dengan Nabi Yusuf, yaitu seorang hamba Allah yang memperolehi kurnia kecantikan paras wajahnya. Pertemuan antara Nabi Muhammad, dengan Nabi Yusuf, di langit yang ketiga ini tidak ubahnya seperti pertemuan dua saudara. Selanjutnya Nabi Muhammad bersama Jibril naik ke langit yang ke empat.

DI LANGIT KEEMPAT

Di sini Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Idris yang telah memperolehi kurnia tempat yang tinggi dari Allah s.w.t. Pertemuan ini pun tak ubahnya seperti pertemuan dua orang saudara yang telah lama berpisah. Perjalananpun di teruskan, Nabi Muhammad bersama Jibril terus naik ke langit yang ke lima.

DI LANGIT KELIMA

Dengan iringan penghormatan serta sambutan yang baik dari penjaga langit kelima, masuklah Nabi Muhammad, bersama Jibril. Di langit yang kelima, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Harun. dengan penuh penghormatan. Pertemuan inipun tidak ubah seperti pertemuan dua orang saudara, penuh mesra dan saling hormat. Seterusnya Nabi Muhammad bersama Jibril naik ke langit yang ke enam.

DI LANGIT KEENAM

Di langit ke enam ini Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa. Disini Nabi Muhammad menyaksikan suatu keanehan, sebab tiba-tiba saja Nabi Musa menangis tersedu-sedu. Apabila di tanyakan kepada Beliau..Beliaupun menjawab: Kerana aku tidak mengira ada seorang Nabi yang di utus Allah sesudahku, ummatnya akan lebih banyak yang masuk surga dari ummatku. Kemudian perjalanan di teruskan ke langit ketujuh.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah telah menceritakan tentang perjalanan Isra nya. Baginda bersabda: Nabi Musa berkulit sawo matang dan tinggi seperti seorang lelaki dari Kabilah Syanu’ah. Manakala Nabi Isa pula berbadan gempal, tingginya sederhana. Selain dari itu baginda juga menceritakan tentang Malik penjaga Neraka Jahanam dan Dajjal.

DI LANGIT KE TUJUH

Di sini Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Ibrahim, disaat itu Nabi Ibrahim sedang bersandar di Baitul Ma’mur. Nabi Muhammad di sambut dengan baik, penuh penghormatan seperti menyambut anak sendiri. Nabi Ibrahim sempat memberikan nasihat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai berikut: Wahai Muhammad, aku nasehatkan agar engkau menyuruh umatmu untuk memperbanyak tanaman surga. Nabi SAW bertanya: Apakah yang tuan maksud dengan tanaman surga itu?. Jawab Nabi Ibrahim. Tanaman surga ialah ucapan : LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL ‘ALIYYIL ‘ADZIIM atau ucapan SUBHAANALLAAHI WAL HAMDULILLAAHI WALAA ILAAHA ILLALLAAHU HUWALLAAHU AKBAR.

Perlu diketahui bahawasanya Baitul Ma’mur adalah ka'bah para Malaikat yang setiap harinya tidak kurang dari 70,000 malaikat masuk kedalamnya dan apabila telah keluar, tidaklah mereka mengulanginya lagi.

Tidak lama kemudian Jibril menghidangkan tiga buah gelas, masing-masing berisi arak, air susu dan madu, supaya Nabi Muhammad memilihnya manakah yang lebih disukainya. Beliaupun memilih air susu, lalu di minumnya. Berkatalah Jibril: Benarlah engkau ya Muhammad. Itulah lambang kesucian engkau. Demikian malaikat Jibril mengatakan.

NAIK KE SIDRATIL MUNTAHA

Di Sidratil Muntaha ini Nabi Muhammad menyaksikan keindahan panorama yang tiada bandingannya dan tidak terdapat di tempat manapun apa lagi di dunia ini. Dalam satu kesempatan di Sidratul Mutaha, Nabi Muhammad sempat melihat, rupa Malaikat Jibril yang asli. Di sebut dalam satu hadis yang di riwayat Bukhari dan Muslim bahawasanya Jibril mempunyai enam ratus sayap. Selanjutnya Nabi Muhammad diajak oleh Malaikat Jibril menyaksikan keindahan bengawan Al-Kautsar, sampai ke depan pintu gerbang surga kemudian Beliau masuk ke surga, di dalam surga Beliau menyaksikan hal-hal yang mengherankan, yang belum pernah Beliau saksikan sebelumnya, juga mendengar suara-suara yang belum pernah Beliau mendengarnya, bahkan apa saja yang menjadi kehendak hati seketika wujud. Kesemuanya itu disaksikan oleh Nabi Muhammad di dalam surga, bahkan Beliau sempat membaca tulisan yang terpampang di pintu surga sebagai berikut, yang artinya:

SEDEKAH MEMPEROLEH PAHALA SEPULUH KALI LIPAT DAN MENGHUTANGI MEMPEROLEHI PAHALA DELAPAN BELAS KALI LIPAT.

Bertanyalah Nabi Muhammad kepada Jibril: Mengapakah pahala orang yang memberi hutang lebih besar dari pada pahala orang bersedekah?. Jibril menjawab: Benar, sebab orang yang di beri sedekah terkadang masih mempunyai persediaan hidup, sedangkan orang yang berhutang sudah barang tentu dia sangat memerlukan, yakni tidak mempunyai persediaan, sedangkan ia tidak sudi berbuat meminta-minta. Untuk kesempurnaan pengetahuan Nabi Muhammad, diajak melihat keadaan melihat neraka, di sisi Beliau meyaksikan bermacam-macam penyiksaan dan sebagainya. setelah menyaksikan keadaan syurga dan neraka, kemudian Nabi Muhammad meneruskan perjalanan naik ke Sidratul Muntaha sendirian tampa ditemani oleh Malaikat Jibril, lantaran Jibril merasa berat untuk melangkah lebih tinggi lagi. Di Sidratul Muntaha Beliau mendengar suara goresan pena penulis, yaitu Qalam yang menulis hukum-hukum Allah di Lauhul-Mahfuzh.

Seterusnya Nabi Muhammad diangkat naik setingkat lagi sampai ke ‘Arasy disinilah Nabi Muhammad menerima perintah solat yang wajib di laksanakan oleh Nabi Muhammad dan segenap ummatnya sebanyak lima puluh kali sehari semalam. Dan akhirnya hanya tinggal lima waktu sehari malam setelah dinasihati oleh Nabi Musa dan diperkenankan oleh Allah.

Juga di ‘Arasy, Nabi Muhammad, menerima beberapa khushushiyyah yang belum pernah diberikan kepada para Nabi terdahulu. Mengenai beberapa khushushiyyah, yang disebut antara lain sebagi berikut:

Nabi Muhammad diberi oleh Allah : Surah Al-Fatihah dan akhir Surah Al-Baqarah dari ayat AAMANAR RASUULU sampai kepada firmanNya FAN SHURNAA ‘ALAL-QAUMIL KAAFIRIIN.


Dalam Peristiwa Kisah Isra Mi'raj ini, Nabi Muhammad menerima Ilmu tentang:

1. Islam

2. Hijrah

3. Jihad

4. Sedekah

5. Puasa Ramadhan

6. Amar Ma’ruf

7. Nahi Munkar

8. Sholat

Nabi Muhammad memperoleh derajat yang tertinggi, yaitu Asma Allah di sebutkan bersamaan dengan nama Muhammad (LAA-ILAAHA ILLALLAAHU, MUHAMMADUR-RASUULULLAAH) di dalam azan, tasyahhud dan ibadah yang lain.

Dalam Peristiwa Isra Mi'raj ini Nabi Muhammad juga menerima gelar HABIBULLAH dan SAYYIDUL ANBIYA' WAL MURSALIN.


Subhanallah.. Allahu Akbar..

Maha suci Allah yang menjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Majidil Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan kepadanya sebahagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. (QS. 17.Al-Isra’ :1)

Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm:13-18)

Kisah Isra Mi'raj: Peristiwa Dahsyat Yang Melahirkan Teori Relativitas

Peristiwa Isra Mi'raj merupakan sebuah kejadian gaib (metafisika) yang berada diluar nalar dan logika manusia. Hukum dan ibadah tidak musti dibuktikan secara logika, Valid atau tidaknya kebenaran sebuah peristiwa yang tidak bisa dinalar, bukanlah menjadi soal selagi ia diimani.

Banyak non muslim yang meragukan kebenaran peristiwa Isra` Mi`raj; “Apa iya manusia mampu melakukan perjalanan sejauh itu hanya dalam waktu kurang dari semalam?”

Kaum kafirpun telah menantang Rasulullah seperti diberitakan dalam Al Quran dalam surat Al-Isra: 93.

Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca”. Katakanlah: “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?

Ketika orang-orang Quraisy tak mempercayaiku (kata Nabi Muhammad SAW), Aku kemudian berdiri di Hijir Ismail (untuk menjawab berbagai pertanyaan mereka). Lalu Allah menampakkan kepadaku Baitul Maqdis, Aku peroleh apa yang kuinginkan dan kejelaskan kepada mereka tanda-tandanya,” (HR. Bukhari dan Muslim)


Peristiwa perjalanan Isra’ Mi’raj dan teori relativitas.

Antara keduanya terdapat faktor persamaan dan perbedaan didalam proses kejadian,

persamaan kedua kisah antara lain:


  • Keduanya membahas tentang suatu perjalanan atau journey dari bumi ke luar angkasa kemudian kembali ke bumi
  • Keduanya membahas penggunaan faktor “Speed” atau “kecepatan” cahaya
  • Konsep mengenai perpisahan antara dua manusia (atau lebih) digunakan sebagai bahan pokok atau object pembahasan didalam kedua cerita


Dalam Kisah Isra Mi'raj, Rasulullah meninggalkan kaumnya di bumi untuk bepergian ke ke Masjidil Aqsha lalu ke Langit ketujuh, dalam kasus teori relativitas menceritakan tentang dua saudara kembar A dan B, dimana saudara kembar B bepergian keluar angkasa.

Sampai disini dari hal hal tersebut diatas, kita sudah dapat mengambil kesimpulan secara gamblang, bahwa peristiwa Isra Miraj adalah benar. Bagaimana mungkin seorang manusia yang ummi di 15 Abad yang silam dapat membuat sebuah cerita atau teori yang dapat dibuktikan didalam abad ke 20 dengan sedemikian detailnya. Dengan kata lain tidak mungkin Rasulullah SAW mencontoh teori Albert Einstein yang lahir sesudahnya (?)

Teori Relativitas

Teori Relativitas membahas mengenai Struktur Ruang dan Waktu serta mengenai hal hal yang berhubungan dengan Gravitasi. Theori relativtas terdiri dari dua teori fisika, relativitas umum dan relativitas khusus. Theori relativitas khusus menggambarkan perilaku ruang dan waktu dari perspektif pengamat yang bergerak relatif terhadap satu sama lain, dan fenomena terkait. Artikel ini hanya dibahas theori relativitas khusus dan Efek yang disebut dilatasi waktu (dari bahasa Latin: dilatare “tersebar”, “delay”).

Einstein merumuskan teorinya dalam sebuah persamaan mathematik:

Kisah Isra Mi'raj Peristiwa Dahsyat Yang Melahirkan Teori Relativitas


t’ = waktu benda yang bergerak

t = waktu benda yang diam

v = kecepatan benda

c = kecepatan cahaya

Diterangkan bahwa perbandingan nilai kecepatan suatu benda dengan kecepatan cahaya, akan berpengaruh pada keadaan benda tersebut. Semakin dekat nilai kecepatan suatu benda (v) dengan kecepatan cahaya (c), semakin besar pula efek yang dialaminya (t`): perlambatan waktu. Hingga ketika kecepatan benda menyamai kecepatan cahaya (v=c), benda itu pun sampai pada satu keadaan nol. Demikian, namun jika kecepatan benda dapat melampaui kecepatan cahaya (v>c), keadaan pun berubah. Efek yang dialami bukan lagi perlambatan waktu, namun sebaliknya waktu menjadi mundur (-t’).

Kisah perjalanan Si Kembar atau dilatasi waktu

Twin Paradox adalah suatu theori hasil pemikiran (Gedanken experiment atau thought experiment) oleh Albert Einstein berbasis theori relativitas khusus yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan para pakar fisika. Theori tersebut secara keseluruhan menggambarkan kisah perjalanan dua saudara kembar yang berpisah. Salah seorang dari saudara kembar (A) tersebut tinggal di Bumi dan saudara kembar lainnya (si traveler(B)) terbang keluar angkasa kesebuah planet di tata surya yang jauh dengan kecepatan cahaya dan kembali kebumi dengan kecepatan yang sama. Setelah mereka bertemu kembali dibumi mereka menemukan fakta bahwa umur si kembar yang mengadakan perjalanan (si traveler) lebih muda daripada umur saudaranya (A) yang tetap tinggal dibumi, disebabkan si traveler mengalami phenomenon time dilation atau fenomena dilatasi waktu dalam perjalanannya.

Time dilation (dilatasi waktu) adalah fenomena, dimana seorang Observer disatu titik melihat, bahwa jam dari orang yang bergerak dengan cepat menjadi lebih lambat (atau cepat), sebenarnya hal tersebut tergantung dari frame of reference dimana dia berada. Time dilation dapat di ketahui hanya apabila kecepatan mengarah kepada kecepatan cahaya dan sudah dibuktin secara akurat dengan unstable subatomic particle dan precise timing of atomic clocks.

Pembuktian teori relativitas

Studi tentang sinar kosmis merupakan satu pembuktian teori ini. Didapati bahwa di antara partikel-partikel yang dihasilkan dari persingungan partikel-partikel sinar kosmis yang utama dengan inti-inti atom Nitrogen dan Oksigen di lapisan Atmosfer atas, jauh ribuan meter di atas permukaan bumi, yaitu partikel Mu Meson (Muon), itu dapat mencapai permukaan bumi. Padahal partikel Muon ini mempunyai paruh waktu (half-life) sebesar dua mikro detik yang artinya dalam dua perjuta detik, setengah dari massa Muon tersebut akan meleleh menjadi elektron. Dan dalam jangka waktu dua perjuta detik, satu partikel yang bergerak dengan kecepatan cahaya (± 300.000 km/dt) sekalipun paling-paling hanya dapat mencapai jarak 600 m. padahal jarak ketinggian Atmosfer di mana Muon terbentuk, dari permukaan bumi, adalah 20.000 m yang mana dengan kecepatan cahaya hanya dapat dicapai dalam jangka minimal 66 mikro-detik. Lalu, bagaimana Muon dapat melewati kemustahilan itu? Ternyata, selama bergerak dengan kecepatannya yang tinggi—mendekati kecepatan cahaya, partikel Muon mengalami efek sebagaimana diterangkan teori Relativitas, yaitu perlambatan waktu.

Pembuktian selanjutnya terjadi pada tahun 1971, perbedaan waktu (time dilation) di twin paradox theori tersebut telah dibuktikan melalui “Hafele-Keating-Experiment” dengan menggunakan 2 buah jam yang berketepatan tinggi (High precision Cesium Atom clocks) yang di set awal pada waktu yang sama.

Eksperimen tersebut menghasilkan perbedaan waktu pada kedua jam tersebut, antara jam yang diletakkan di pesawat Intercontinental yang bergerak terbang kearah timur / barat dengan jam referensi yang diletakkan di U.S. Naval Observatory di Washington, waktu jam di pesawat berkurang/bertambah tergantung dari arah penerbangan.

Twin paradox experiment

Relativ terhadap jam di Naval Observatory, jam dipesawat berkurang waktu 59+/-10 nanoseconds dalam penerbangan ketimur, dan mengalami pertambahan waktu 273+/-7 nanosecond pada penerbangan ke barat. Hasil empiris tersebut membuktikan theori twin paradox dalam tingkatan jam macroskopik.

Dengan adanya pembuktian pembukatian tersebut, berarti Albert Einstein dengan teori relativitasnya secara langsung atau tidak langsung telah membuktikan bahwa kisah Al Quran tentang kisah “perjalanan Rasulullah SAW kelangit ketujuh dan kembali dalam satu malam” adalah benar. Terutama dalam segi dimensi WAKTU, dalam perhitungannya memungkinkan.

Salah satu aplikasi teori tersebut adalah alat GPS – Global Postioning System di Handphone anda merupakan applikasi hasil dari teori relativitas umum dan relativitas khusus. Dalam hal ini jam satellite di orbit di bandingkan dengan jam di darat sebagai faktor koreksi pengiriman signal.

Benarkah Einstein pencetus teori relativitas pertama? Di Barat sendiri ada yang meragukan bahwa teori relativitas pertama kali ditemukan Einstein. Sebab, Ada yang berpendapat bahwa Teori relativitas pertama kali diungkapkan oleh Galileo Galilei dalam karyanya bertajuk Dialogue Concerning the World’s Two Chief Systems pada tahun 1632.

Kita semua tahu bahwa Teori relativitas merupakan revolusi dari ilmu matematika dan fisika. Sejatinya, 1.100 tahun sebelum Einstein mencetuskan teori relativitas, ilmuwan Muslim di abad ke-9 M telah meletakkan dasar-dasar teori relativitas. Adalah saintis dan filosof legendaris bernama Al-Kindi yang mencetuskan teori itu.

Sesungguhnya tak mengejutkan jika ilmuwan besar sekaliber Al-Kindi telah mencetuskan teori itu pada abad ke-9 M. Apalagi, ilmuwan kelahiran Kufah tahun 801 M itu pasti sangat menguasai kitab suci Al Quran. Sebab, tak diragukan lagi jika ayat-ayat Al Quran mengandung pengetahuan yang absolut dan selalu menjadi kunci tabir misteri yang meliputi alam semesta raya ini.

Ayat-ayat Al Quran yang begitu menakjubkan inilah yang mendorong para saintis Muslim di era keemasan mampu meletakkan dasar-dasar sains modern. Sayangnya, karya-karya serta pemikiran para saintis Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah ditutup-tutupi dengan cara-cara yang sangat jahat.

Dalam Al-Falsafa al-Ula, ilmuwan bernama lengkap Yusuf Ibnu Ishaq Al-Kindi itu telah mengungkapkan dasar-dasar teori relativitas. Sayangnya, sangat sedikit umat Islam yang mengetahuinya. Sehingga, hasil pemikiran yang brilian dari era kekhalifahan Islam itu seperti tenggelam ditelan zaman.

Menurut Al-Kindi, fisik bumi dan seluruh fenomena fisik adalah relatif. Relativitas, kata dia, adalah esensi dari hukum eksistensi. “Waktu, ruang, gerakan, benda semuanya relatif dan tak absolut,” cetus Al-Kindi. Namun, ilmuwan Barat seperti Galileo, Descartes dan Newton menganggap semua fenomena itu sebagai sesuatu yang absolut. Hanya Einstein yang sepaham dengan Al-Kindi.

“Waktu hanya eksis dengan gerakan; benda, dengan gerakan; gerakan, dengan benda,” papar Al-Kindi. Selanjutnya, Al-Kindi berkata,” … jika ada gerakan, di sana perlu benda; jika ada sebuah benda, di sana perlu gerakan.”

Pernyataan Al-Kindi itu menegaskan bahwa seluruh fenomena fisik adalah relatif satu sama lain. Mereka tak independen dan tak juga absolut.

Gagasan yang dilontarkan Al-Kindi itu sangat sama dengan apa yang diungkapkan Einstein dalam teori relativitas umum.

“Sebelum teori relativitas dicetuskan, fisika klasik selalu menganggap bahwa waktu adalah absolute,” papar Einstein dalam bukunya La Relativite.

Menurut Einstein, kenyataannya pendapat yang dilontarkan oleh Galileo, Descartes dan Newton itu tak sesuai dengan definisi waktu yang sebenarnya.

Menurut Al-Kindi, benda, waktu, gerakan dan ruang tak hanya relatif terhadap satu sama lain, namun juga ke obyek lainnya dan pengamat yang memantau mereka. Pendapat Al-Kindi itu sama dengan apa yang diungkapkan Einstein.

Dalam Al-Falsafa al-Ula, Al-Kindi mencontohkan seseorang yang melihat sebuah obyek yang ukurannya lebih kecil atau lebih besar menurut pergerakan vertikal antara bumi dan langit. Jika orang itu naik ke atas langit , dia melihat pohon-pohon lebih kecil, jika dia bergerak ke bumi, dia melihat pohon-pohon itu jadi lebih besar.

“Kita tak dapat mengatakan bahwa sesuatu itu kecil atau besar secara absolut. Tetapi kita dapat mengatakan itu lebih kecil atau lebih besar dalam hubungan kepada obyek yang lain,” tutur Al-Kindi.

Kesimpulan yang sama juga diungkapkan Einsten sekitar 11 abad setelah Al-Kindi wafat.

Relativitas dalam Alquran

Alam semesta raya ini selalu diselimuti misteri. Kitab suci Alquran yang diturunkan kepada umat manusia merupakan kuncinya. Allah SWT telah menjanjikan bahwa Alquran merupakan petunjuk hidup bagi orang-orang yang bertakwa. Untuk membuka selimut misteri alam semesta itu, Sang Khalik memerintahkan agar manusia berpikir.

Inilah beberapa ayat Al Quran yang membuktikan teori relativitas itu:

“…. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kamu hitung.” (QS: Al-Hajj:47)

Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Qs: As-Sajdah:5)

Yang datang dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” (QS:70:3-4)

Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya. Padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS: An-Naml:88)

Allah bertanya: ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab: ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman: ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui’.” (QS: 23:122-114)

Karena kebenaran Al Quran itu, konon diakhir hayatnya Einsten secara diam-diam juga telah memeluk agama Islam.

Dalam sebuah tulisan, Einstein mengakui kebenaran Al Quran. Saat Mengetahui Kecepatan Cahaya Sudah diperhitungkan di Dalam Al-Qur'an dan membaca ayat tentang Isra Mi'raj, hati dan jiwanya bergetar hebat.

Al Qur'an bukanlah buku seperti aljabar atau geometri. Namun, Alquran adalah kumpulan aturan yang menuntun umat manusia ke jalan yang benar. Jalan yang tak dapat ditolak para filosof besar,” ungkap Einstein. Wallahualam…

Akhirul kalam, saya menganggap bahwa pengetahuan akan adanya dilatasi waktu antar galaksi adalah suatu fenomena menarik bagi kaum muslimin. Fenomena inipun banyak terjadi pada peristiwa sehari-hari dan bahkan dipelajari oleh ilmuwan barat untuk mempelajari peristiwa di alam raya. Dan mestinya bukanlah sesuatu yang dilarang atau berlebihan untuk lebih memahami fenomena di jagad raya ini.

Semoga tulisan ini bisa meningkatkan ketakwaan kita dihadapan sang Pencipta.

Pustaka:

A New Astronomical Quranic Method for The Determination of The Greatest Speed C, Die Spezielle Relativitäts theorie.
Isra Miraj dan teori relativitas

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !
Back To Top