Yes Muslim - Saat kuliah mungkin seseorang memiliki prestasi akademik yang baik. Namun ketika masuk ke dunia kerja, malah merasa tidak mampu melakukan tugasnya sehingga merasa tidak berprestasi.
Ada ketakutan-ketakutan tertentu bahwa dirinya tidak kompeten dan gelisah karena tidak memiliki kemampuan di bidang kerjanya saat ini. Mereka selalu meragukan dirinya sendiri dan merasa tidak pantas menerima pujian atau penghargaan.
Ketika suatu kali mendapat penghargaan atau kesuksesan pun, mereka merasa itu adalah keberuntungan semata, bukan karena kemampuannya. Sering kali mereka merasa telah menipu orang lain, karena orang-orang sudah menganggap dirinya hebat padahal dirinya sebenarnya tidak seperti yang diekspektasikan.
Dikutip dari University Herald, psikolog klinis Pauline Rose Clance dan Suzanne A. Imes pada tahun 1978 mengemukakan istilah impostor syndrome alias sindrom 'penipu'. Hal ini ditandai dengan ketakutan yang mengganggu untuk diekspos sebagai 'kecurangan' dan ketidakmampuan menginternalisasi prestasi.
Dalam beberapa kasus memang ditemukan orang-orang yang berprestasi tinggi malah meragukan dirinya sendiri. Sehingga mereka merasa tidak pantas menerima pengakuan dari orang lain atas prestasi yang didapatnya.
Salah satu pesohor yang diketahui memiliki impostor syndrome adalah aktris Emma Watson. Dikutip dari CNN Indonesia, Watson sering mengalami salah satu efek impostor syndrome yakni tak menyadari apa yang tengah dilakukannya. Bahkan suatu kali saat ia harus mengisi pidato di kantor pusat PBB di New York.
Malam harinya, Watson sempat merasa ketakutan dan gelisah. Untunglah setelah berbicara dengan temannya, Watson bisa lebih tenang.
Bagi Kamu yang baru saja lulus kuliah dan memiliki ketakutan ataupun kegelisahan terkait bidang kerja yang baru saja digeluti, sebaiknya kenali dulu apa penyebabnya. Selanjutnya persiapkan diri untuk mengatasi masalah tersebut.
Atau bisa berbicara secara terbuka dengan orang lain tentang perasaan Kamu seperti yang dilakukan Watson. Dari orang lain yang Kamu anggap dekat dan memahami dirimu, mereka bisa memberikan dukungan dan semangat.
University Herald juga memberi saran untuk menerima kegagalan sebagaimana menerima keberhasilan. Karena kegagalan tidak selalu berarti salah. Karena dari kegagalan, seseorang bisa belajar untuk lebih baik. Selain itu ada baiknya juga meminta bantuan atau saran dari orang lain yang lebih berpengalaman.
Malam harinya, Watson sempat merasa ketakutan dan gelisah. Untunglah setelah berbicara dengan temannya, Watson bisa lebih tenang.
Bagi Kamu yang baru saja lulus kuliah dan memiliki ketakutan ataupun kegelisahan terkait bidang kerja yang baru saja digeluti, sebaiknya kenali dulu apa penyebabnya. Selanjutnya persiapkan diri untuk mengatasi masalah tersebut.
Atau bisa berbicara secara terbuka dengan orang lain tentang perasaan Kamu seperti yang dilakukan Watson. Dari orang lain yang Kamu anggap dekat dan memahami dirimu, mereka bisa memberikan dukungan dan semangat.
University Herald juga memberi saran untuk menerima kegagalan sebagaimana menerima keberhasilan. Karena kegagalan tidak selalu berarti salah. Karena dari kegagalan, seseorang bisa belajar untuk lebih baik. Selain itu ada baiknya juga meminta bantuan atau saran dari orang lain yang lebih berpengalaman.
5 Alasan Kenapa Mahasiswa Pintar dan Berprestasi Nggak Sukses di Dunia Kerja
Di kampus, dia lah juaranya. Nilai menjulang, semua materi kuliah berhasil dikuasainya, bahkan dapat predikat cum laude. Tapi saat bekerja atau melamar pekerjaan, do’i malah melempem. Kenapa, ya?Kasus seperti ini sering terjadi, lho, walaupun nggak selalu. Nah, kalau ada mahasiswa yang cemerlang, tapi nggak “beruntung” saat melamar kerja atau ketika bekerja, biasanya penyebabnya adalah:
1. Pasang standar gaji terlalu tinggi saat melamar pekerjaan.
Dari hasil tanya-tanya Youthmanual ke HR dan pemimpin perusahaan, kami menyimpulkan bahwa perusahaan menetapkan gaji yang sama untuk fresh graduate, tanpa pandang IPK atau prestasi di kampus.
Nah, kalau mahasiswa yang baru lulus tersebut memasang standar gaji yang lebih tinggi dan nggak mau bernegosiasi, kemungkinan dia bakal susah diterima bekerja.
2. Nggak nyaman melakukan pekerjaan receh.
Disuruh fotokopi setumpuk dokumen, bungkusin goodie bag, buatin kopi, nyusun tumpukan dokumen hard copy dan buku yang berantakan? "Gilak, kalau kerjaan kayak gitu, sih, gue nggak perlu kuliah tinggi-tinggi 'kali!"
Mungkin itulah yang ada dipikiran si mahasiswa berprestasi. Mereka "gemes" saat diberi pekerjaan remeh-temeh ketika baru mulai kerja, karena tahu kalau they can do a lot more!
Padahal itulah realita dalam bekerja. Fresh graduate sering harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan receh dulu saat baru masuk kantor. Tapi kamu nggak boleh "tersinggung", gaes! Bisa jadi pekerjaan yang terkesan receh sebenarnya malah penting bagi tim. Atau bisa juga, bos sengaja memberikan pekerjaan receh, sebagai "tes kecil" untuk melihat apakah kamu bisa diberi tanggung jawab, dimulai dengan tanggung jawab yang simpel-simpel.
Kalau belum apa-apa, kamu sudah menolak pekerjaan yang kamu anggap terlalu “sepele”, bisa kelar lah kariermu sebelum dimulai.
3. Enggan bekerja sama dengan orang lain.
Ada tipe orang yang sangat hebat dalam mengerjakan tugas... tetapi hanya kalau dia bekerja sendirian. Dia nggak nyaman untuk bekerja dengan orang lain. Orang yang kayak begini, nih, bakalan sulit saat menghadapi dunia kerja.
Kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain sebenarnya bisa dilatih kok, sob! Misalnya, dengan ikutan ekskul, UKM, atau kepanitiaan.
4. Bad communications skill
Walaupun super pintar, ada orang yang skill komunikasinya parah. Antara lain, nggak paham manner saat menyampaikan sesuatu, atau malah suka memaksakan pendapat. Ada juga tipe orang yang suka didengar, tapi malas mendengar. Bakal jadi problem, tuh!
Kemampuan berkomunikasi ini akan sangat dinilai saat kamu bekerja. Sebaik apapun hasil pekerjaanmu, komunikasi yang buruk bisa bikin performa kamu dinilai minus.
5. Nggak bisa mengikuti pola kerja perusahaan/tim.
Ini adalah tipe sifat mahasiswa cerdas yang terbiasa punya sistem dan cara kerja sendiri. Akibarnya, dia nggak bisa beradaptasi dengan pola dan aturan di tempat kerjanya. Akhirnya, dia jadi terkesan seenaknya sendiri.
***
Prestasi di kampus itu penting, dan berpotensi bikin kamu unggul saat berkarier. Tapi jangan sampai prestasi menjadi bumerang bagi dirimu. Makanya, kemampuan akademik harus diimbangi dengan soft skills dan attitude yang kece.
ADA BERITA MENARIK !
SCROLL KE BAWAH !