WASHINGTON -- Dalam seremoni pelantikan presiden AS pekan lalu, Donald Trump ikut hadir saat doa bersama digelar para pemimpin agama. Doa bersama yang diselenggarakan di Washington National Cathedral adalah tradisi selama bertahun-tahun. Di sana Donald Trump ikut mendengarkan ayat suci Alquran.
Lantas siapa yang membacakan ayat Alquran itu? Ia adalah Imam Mohamed Magid. Ia merupakan Direktur eksekutif All Dulles Area Muslim Society yang bermarkas di Sterling, Virginia.
Dari 2010 hingga 2014, Magid memimpin Islamic Society of North America. Ia juga pernah masuk dalam deretan tokoh 500 Muslim yang paling berpengaruh di dunia.
Ia juga menjabat sebagai Chairmanship of the Fairfax County Faith Commounities in Action. Ia aktif di George Mason University Campus Ministry.
Tak hanya itu, Magid turut bergerak di lembaga strategis Muflehun yang fokus memerangi kekerasan ekstremis. Ia juga terlibat dalam beragam pelatihan imam.
Imam Magid telah menulis tiga buku di antaranya, Before You Tie the Knot: A Guide for Couples, Reflections on the Qur’an, dan Change from within. Ia juga mendapat penghargaan Washingtonian of the Year 2009 dan Human Rights Award pada 2005,
Kehadirannya memang memicu kontroversi. Tak sedikit kalangan Muslim AS yang menyayangkan kehadiran Magid.
Penolakan ini cukup beralasan mengingat beberapa retorika dan rencana kebijakan yang dibuat Trump dinilai merugikan Muslim Amerika.
Seperti dikutip CNN, Magid mengatakan, "Banyak orang datang dengan pandangan negatif terhadap Nabi Muhammad, dan setelah keterlibatan dan untuk mengenal Nabi, mereka mengubah pikiran dengan cara yang positif."
Dalam khutbahnya, Magid membacakan dua ayat Alquran yang berisi pesan-pesan politik untuk presiden baru dan pemerintahannya. Magid membacakan surah al-Hujarat dan ar-Rum.
Kedua ayat Alquran yang disampaikan Magid menceritakan tentang bagaimana Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai jenis bangsa, suku maupun warna kulit. Ayat ini dipilih mengingat meningkatnya insiden kebencian atas muslim dalam beberapa waktu terakhir.
Ketua Dewan All Dulles Area Muslim Society Rizwan Jaka mengatakan, pemilihan ayat Alquran yang dibacakan pada saat pelantikan telah disetujui oleh pejabat di Katedral Nasional Washington.
"Setelah pemilu, banyak hal yang dikatakan tentang Muslim, dan ada pertanyaan tentang kesetiaan Muslim. Ayat-ayat ini dimaksudkan untuk menyampaikan pesan bahwa kita harus datang bersama-sama dan menghormati keragaman. Tuhan menciptakan kita dalam keberagaman," ujar Rizwan Jaka seperti dilansir cnn.com, Senin (21/1).
Magid sejatinya akan mengumandangkan azan, tapi terjadi perubahan dan memilih membacakan Alquran. Namun, keberadaan Magid dalam acara pelantikan ini mendapat kritik dari beberapa Muslim Amerika. Mereka menyesali sikap Magid untuk ikut serta dalam lcara tokoh lintas agama tersebut.
Kontroversi Kehadiran Imam Muslim Saat Pelantikan Trump
Seorang imam Muslim di Amerika Serikat, Imam Mohamed Magid, turut serta dalam doa bersama lintas agama untuk pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Meskipun dia memimpin doa untuk kaum Muslim, pilihannya tersebut menjadi kontroversial di kalangan Muslim.
Imam Mohamed Magid ikut dalam doa bersama pada Sabtu (21/1) pagi dengan 26 pemuka agama lain. Sajid Tarar dari komunitas Muslim Amerika juga akan berdoa untuk Trump .
Doa bersama antaragama yang diselenggarakan di Washington National Cathedral adalah tradisi. Akan tetapi pernyataan Trump terhadap imigrasi Muslim telah menjadi kontroversi.
Direktur Eksekutif Council on American-Islamic Relations di Chicago Ahmed Rehab, memberikan komentar ketidaksepakatannya di Facebook. "Ini adalah masalah terbesar saya dengan partisipasi Imam Magid," ujarnya, dikutip dari Daily Mail, Sabtu (21/1).
Rehab menilai hal itu bukan keterlibatan yang berarti. Apalagi mengumandangkan azan untuk merayakan berkuasanya Donald Trump.
Seperti dikutip CNN, Magid mengatakan, "Banyak orang datang dengan pandangan negatif terhadap Nabi Muhammad, dan setelah keterlibatan dan untuk mengenal Nabi, mereka mengubah pikiran dengan cara yang positif."
Di Facebook, imam menulis dalam penjelasan panjang Jumat pagi. Menurutnya, salah satu tugas dari pemimpin agama untuk menyampaikan kebenaran dan nilai-nilai Islam kepada semua orang, termasuk mereka yang berkuasa/
Magid adalah pemimpin komunitas Muslim Amerika Utara 2010-2014. Dia juga imam di semua kawasan komunitas Muslim di Dulles, yang bertujuan untuk memperkuat hubungan antara penegakan hukum suatu komunitas Muslim.
Kehadiran Magid memang memicu kontrovorsi mengingat sikap Trump yang cenderung negatif terhadap Muslim saat masa kampanye.